29/11/2013

Pulau Pedamaran.

Pulau Pedamaran adalah sebuah pulau yang terletak di muara Sungai Rokan di Kabupaten Rokanhilir Propinsi Riau.

Pada mulanya, sekitar ratusan tahun yang lalu, Pulau Pedamaran ini merupakan sebuah Pulau yang sangat kecil. Kemudian dengan berjalannya waktu, pulau ini mengalami perubahan secara alami, sehingga pulau ini semakin melebar dan memanjang.

Pulau ini disebut dengan nama Pulau Pedamaran adalah karena dipulau ini banyak di tumbuhi Kayu Damar, yaitu sejenis kayu yang menghasilkan getah yang bisa di manfaatkan oleh masyarakat. Getah kayu tersebut dinamakan dengan Damar (dalam bahasa setempat disebut dengan Dama). Karena Kayu tersebut menghasilkan Damar, maka kayu tersebut dinamakan dengan nama Kayu Damar atau Pohon Damar.

Selain pulau ini dinamakan Pulau Pedamaran, Pulau ini disebut juga sebagai "Pulau Tuan Syehk".
Karena dulunya pulau ini pernah dihuni, oleh seseorang yang bergelar sebagai “Tuan Syehk".

Menurut keterangan seseorang Syehk yang bernama "Syehk Maulana Ubaidillah Sholihin", yang dimintai keterangan oleh KH.BACHTIAR AHMAD, bahwa Syehk yang mendiami pulau tersebut adalah seorang ulama yang bergelar “Syehk Marhum”.

Syehk Marhum adalah seorang ulama yang berasal dari “Kerajaan Siak” yang telah mendapat restu dari Sultan Syarif Hasyim (ayah Sultan Syarif Kasim II) untuk berdakwah mensyiarkan syari'at Islam di bagian hilir Sungai Rokan.

Beliau adalah salah seorang guru mengaji dari Sultan Syarif Kasim II (lahir tahun 1893) ketika masih kanak-kanak.

Lalu ketika Sultan Syarif Kasim II beranjak dewasa dan berangkat belajar ke Makkah, Syehk Marhum mohon izin kepada Sultan Syarif Hasyim untuk berdakwah mensyi'arkan syari'at Islam di wilayah hilir Sungai Rokan, yang konon ketika itu masih banyak penduduk yang mencampur adukkan ajaran Islam dengan paham “animisme”.

Setelah mendapat izin dan restu dari Sultan Syarif Hasyim, maka Syehk Marhum bersama isteri dan ketiga anaknya (1 laki-laki dan 2 perempuan), berangkat menuju Sungai Rokan dan memilih menetap di “Suak Air Hitam”, yang konon pada masa itu adalah sebuah “Bandar” atau “Pelabuhan” yang cukup ramai. Karena disitu sebagai tempat penimbunan hasil hutan yang diperjualbelikan oleh para pedagang-pedagang Bagansiapiapi maupun pedagang-pedagang yang datang dari luar Bagansiapiapi.

Syaikh Marhum tinggal dan menetap di Suak Air Hitam kurang lebih 3-5 tahun, dan pada masa-masa itulah beliau membuat kolam ikan dan menjinakkan buaya sungai Rokan di pulau yang terletak di tengah-tengah sungai Rokan antara Suak Air Hitam dan Sungai Sialang tersebut, yang pada akhirnya pulau tersebut disebut sebagai “Pulau Tuan Syehk”, dan buaya-buaya yang beliau jinakkan juga disebut-sebut sebagai “Buaya Tuan Syeh”. Sebab buaya-buaya tersebut dengan “Izin Allah” bisa menjadi jinak ditangan beliau.

Setelah beberapa tahun di Suak Air Hitam dan karena anak-anak perempuannya sudah menikah, Syehk Marhum pindah ke Desa Sungai Sialang dan wafat serta dimakamkan disana.

Pada saat sekarang, pulau ini sudah dihubungkan dengan Jembatan yang membentang ke Desa Labuhan Tangga, tepatnya di Batu.8, dan dinamakan dengan Jembatan Pedamaran I. Dan sedang dibangun pula Jembatan Pedamaran II yang menghubungkan Pulau Pedamaran kearah Barat dengan Kecamatan Pekaitan, dan sekarang dalam masa pengerjaan.
Apabila pembangunan Jembatan ini telah tuntas, maka akses jalan Lintas Pesisir dari Dumai ke Sumatra Utara telah terbuka.

Banyak situs-situs bersejarah yang punah dan belum terangkat. Karena ulah masyarakat yang tidak peduli dengan sejarah. Bahkan Pemerintah Kabupaten-pun banyak yang memusnahkan bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda dan bagunan bersejarah lainnya, dengan alasan untuk Pembangunan.

Itulah sejarah ringkas tentang Pulau Pedamaran.

Dikutip dari beberapa sumber termasuk dari website milik KH.BACHTIAR AHMAD.


<<<<< Wassalam >>>>>


Tidak ada komentar: